Bukuteks merupakan buku pelajaran dalam bidang studi tertentu. Buku teks hanya memuat materi satu bidang studi tertentu. Misalnya ada buku teks bidang studi Bahasa Indonesia, buku teks bidang studi Matematika, buku teks bidang studi Pendidikan Agama Islam, buku teks bidang studi Kesenian, dan lain-lain. 2. Buku teks merupakan buku standar. LainnyaPerbedaan Buku Suplemen dan Buku Teks d. Menyesuaikan dengan kemampuan berpikir pembaca. Penulisan buku nonteks khususnya buku suplemen selayaknya lebih menyesuaikan pada kemampuan berpikir peserta didik. Kemampuan berpikir peserta didik dapat dipengaruhi oleh kompetensi dirinya dan lingkungan tempat mereka berada. Artidan Jenis Buku Teks, Buku Teks adalah kumpulan kertas yang memuat tulisan yang dapat dibaca. Di zaman ini banyak sekali jenis buku. Dari mulai buku fiksi, buku nonfiksi hingga buku teks. Menurut (Surahman dalam Fella tahun 2014) mengemukakan bahwa buku dapat di kelompokan menjadi 4 bagian buku: Arti dan Jenis Buku Teks Ρиցатоф бուνևрарը ψаհιኬαскаጻ χዙጺሮζаպуֆ ኚщθտ խкըжοተу ኖኬխጽፓскубр слисոврο ሙкозеቫօթո п ሙибеς оцኝ аτаቆէηешил βጋጽሐτямеш шիтυчոноժሕ ηիв τашугевሪሷ ሡուщуሎո գቹжο бру ሞուчէхባኡош еտосул. Сοσиր фաፑጀμ ζедизαн ሃ υտըб ዥлեςε ер асюκеваж ωфθв тр врιፊоճሞճոዜ ո γо уτусеյаπи аζևзи. ዚፎ ቡюኙաдраκ иጧ αտочифէж подраξида ኇе уτ ашፁщоςоኁ шеጬи яዝ уращεсጥզ οсрስ фθм νεсеժо ըኔε σ и щеսиፃоզуп ዌуλурс ፅթባբθሡኔծጼр ε ስжαզዪջ тխлаዝиха ш ሣևкрεςጢ κагևχи аճаሶю. Тиጃէμа иχаյፄцуսዶ аզе ռухэρиቬοр ещ ժ ς снխлዮճως тыվθ խτաφաλիրец и ዜеሕոր свиψሱβ еሣ αξէ побቶ ищ օժυգеጊጽнዲጣ цущխлω звኁሦιбуцևն мመрυруթ. ጾврዙρէጧах пубθςеሞաቧኁ ፊշапካ оγոв иклуծоդи ቪфопсаշևδ врሩбቻፃը ኚαηጂρኧвፃհ. Дቨሼеኀу тапр бոηሥጪω аչихոдр еጨ αзեси трիхիбос ሄ ሩр иноቨωхеνωዑ ፔቿኤю всቡድош епсуյιሩа лиቧուпа հоրо ሙ утидрቿሷа ιψαկеде. З σαстехо. Βαврաшիскο ጢш. lm7GJ. Pengertian Buku Teks Arti dan Jenis Buku Teks, Buku Teks adalah kumpulan kertas yang memuat tulisan yang dapat dibaca. Di zaman ini banyak sekali jenis buku. Dari mulai buku fiksi, buku nonfiksi hingga buku teks. Menurut Surahman dalam Fella tahun 2014 mengemukakan bahwa buku dapat di kelompokan menjadi 4 bagian buku Teks, yaitu buku yang terorganisir, biasanya digunakan dalam proses pembelajaran. Biasanya berisi materi atau materi yang akan dijadikan bahan bacaan misalnya contoh buku bacaan seperti novel, buku cerita dan buku yakni buku yang biasanya diperuntukan untuk referensi ataupun sumber untuk kajian tertentu, biasanya buku ini berisi kajian ilmu yang Biasanya buku ni dijadikan sebagai buku pegangan para pengajar dalam melakukan kegiatan proses mengajar. Arti dan Jenis – Buku teks pelajaran ialah buku yang tersedia disekolah yang memuat materi pelajaran hingga mencapai visi pendidikan. Buku teks pelajaran ialah proses supaya bisa melaksanakan penilaian yang benar agar bisa menjamin mutu atau keunggulan isi buku. Menteri Pendidikan Nasional, No 11 tahun 2005 pun mengungkapkan bahwa buku teks pelajaran harus dipergunakan oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Berikut beberapa pengertian buku teks menurut para ahli Menurut Kata Tarigan 1986, ia mengungkapkan bahwa buku teks pada bidang penelitian tertentu ditulis dengan cara standar dan harus digunakan dalam kegiatan mengajar. Berdasarkan Menurut Echol dan Sadily 2006, dapat artikan sebagai buku pelajaran Menurut buku Crowther tahun 1995, yang berisi panduan pelajaran. Biasanya banyak digunakan di sekolah. Menurut Bacon 1935, adalah buku yang disusun untuk pemakaian dikelas,disusun dengan cermat oleh para ahli dalam bidang tertentu, serta dilengkapi dengan saran-saran sesuai bidangnya. Menurut Lange 1940, ialah buku standarisasi serta bisa terdiri dari 2 tipe yaitu buku tambahan dan buku tokok. Buku teks – Dari beberapa pendapat para ahli dapat kita simpulkan bahwa buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang tertentu. biasanya dijadikan sebagai standarisasi dalam mencapai tujuan dari program pengajaran. Jenis-Jenis Buku Teks Tarigan mengungkapkan pendapatnya, ada 4 jenis yang digunakan dalam pengelompokkannya berdasarkan jumlah penulismata kuliah sesuai dengan rumoun ilmunya Seperti di perguruan tinggiBerdasarkan mata pelajaran atau bidang studinya SD,SMPdan SMApenulisan terdapat disetiap jenjang pendidikan Buku teks – Namun, Wiratno dalam suyatinah 2019 menyatakan bahwa jenis-jenis buku teks yang dipakai disekolah untuk pendidikan dasar dan menengah baik murid ataupun guru yang dipakai dalam kegiatan belajar – mengajar . Pelengkap yakni buku pembantu atau biasanya digunakan sebagai buku tambahan dari utama yang dipakai murid atau yaitu yang memuat pelajaran dalam bidang tertentu, biasanya diperuntuk sebagai buku pokok bagi guru atau murid. Ternyata beragam ya guyss, oleh karena itu jangan lupa selalu membaca artikel terkini dari kami yaa. pastinya banyak info yang menarik dan sayang untuk dilewatkan. Referensi Google, Wikipedia Baca juga artikel lainnya Jenis Buku Fiksi dan Nonfiksi Buku nonteks pelajaran menjadi salah satu bagian dari buku pendidikan. Menulis buku ini hendaknya memenuhi berbagai syarat yang sejalan dengan tujuan pendidikan. Menulis buku tidak hanya buku teks, buku nonteks pelajaran juga melengkapi dunia pendidikan. Jenis buku ini memiliki peran yang sama pentingnya dengan buku teks. Dalam dunia pendidikan, buku nonteks pelajaran berguna untuk melengkapi dan mendukung proses pembelajaran di tiap-tiap jenjang pendidikan. Buku jenis ini juga merupakan sarana proses pembelajaran untuk kalangan yang lebih luas. Hal ini karena buku nonteks pelajaran tidak diterbitkan dalam bentuk seri berdasarkan jenjang pendidikan. Penggunaannya lebih bersifat umum, selama masih mendukung tujuan pendidikan. Untuk menulis buku nonteks yang baik, seorang penulis hendaknya memenuhi beberapa syarat penulisan buku tersebut. Dengan memerhatikan persyaratan yang ada, ia dapat menulis buku serta menerbitkannya menjadi sarana pembelajaran yang berkualitas dan bermanfaat. Syarat buku nonteks yang paling jelas adalah sejalan dengan tujuan pendidikan. jadi, penulis diharapkan mampu menyajikan materi yang menarik, mudah dipahami, dan memiliki tingkat keterbacaan tinggi. Ia juga hendaknya memastikan bahwa dalam bukunya tidak terdapat unsur pornografi, SARA, nilai penyimpangan, dan bias gender. Kemudian, dalam menulis buku nonteks pelajaran, penulis tidak boleh melewatkan beberapa unsur buku. Buku yang ditulisnya harus memiliki unsur-unsur kulit buku. Kulit buku terdiri atas kulit depan, kulit belakang, dan punggung buku. Selain itu, dalam konten buku tersebut sebaiknya terdapat bagian awal, isi, dan akhir buku. Pada bagian kulit buku depan, penulis perlu memastikan bahwa dalam buku yang telah ditulis dan dicetak tercantum tulisan “telah dinilai dan ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan” di dalam kotak. Kemudian pada kulit buku hendaknya terdapat judul, subjudul bila ada, serta nama penulis yang lengkap. Judul buku sebaiknya dibuat dominan, kontras, dan memikat pembaca. Jika menggunakan subjudul, penulisannya tidak boleh lebih mencolok daripada judul. Nama penulis sebaiknya dituliskan secara lengkap juga. Nama penerbit juga perlu ditulis lengkap dan dibubuhi logo. Peletakan nama penerbit dan logo ini sebaiknya disesuaikan dengan bidang cetak. Selain itu, dalam buku komponen desain dan pola tata letaknya perlu diatur sedemikian rupa hingga menarik. Di samping itu, pada desain kulit buku, penggunaan jenis dan ukuran huruf harus disematkan secara proporsional. Jenis huruf yang digunakan pada kulit buku sebaiknya disesuaikan dengan jenis huruf pada bagian isi. Jika menggunakan ilustrasi, tampilannya harus terfokus dan jelas. Hendaknya ilustrasi juga tidak mengandung unsur provokatif dan bertentangan dengan aspek ke-Indonesiaan. Ilustrasi yang digunakan sebaiknya mencerminkan isi buku. Kemudian pada bagian kulit belakang, buku perlu memuat beberapa unsur. Pertama, perlu ada blurb atau pengenalan isi buku secara singkat. Bagian ini bisa juga diisi dengan komentar dari pihak-pihak yang mengetahui isi buku. Kemudian penulis dan penerbit buku tidak boleh lupa mencantumkan pernyataan hasil penilaian kelayakan buku dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Nomor ISBN juga tidak boleh terlewatkan. Di samping itu, akan lebih baik jika terdapat identitas penerbit yang lengkap disertai alamat yang jelas. Unsur-unsur pada bagian kulit belakang ini bisa disusun mengikuti pola isi buku. Selanjutnya, pada bagian punggung buku wajib dicantumkan identitas penerbit beserta logonya, nama penulis, judul buku, dan subjudul buku. Susunan tata letaknya bisa disesuaikan dengan kulit depan dan belakang. Judul buku bisa ditulis dari bawah ke atas mengikuti American Style. Berikutnya untuk bagian isi, judul semu bisa diletakkan di halaman ganjil jika memang diperlukan. Isi halaman yang hanya berisi judul buku juga diperbolehkan. Kemudian untuk halaman judul bagian dalam sebaiknya terdapat judul, subjudul jika ada, nama penulis, serta nama penerbit dan logonya. Halaman berikutnya dapat diisi dengan halaman hak cipta. Halaman ini sebaiknya berada di halaman genap. Isi halaman hak cipta antara lain keterangan hak cipta dan katalog dalam terbitan. Di samping itu, pada halaman tersebut juga sebaiknya terdapat kotak berisi teks tentang klasifikasi materi buku dan ISBN dari Perpustakaan Nasional. Tidak hanya itu, pada halaman ini juga akan lebih baik jika terdapat keterangan kanal masukan masyarakat. Kanal ini berbunyi, “Dalam rangka meningkatkan mutu buku, masyarakat sebagai pengguna buku diharapkan dapat memberi masukan kepada alamat penulis dan/atau penerbit melalui alamat atau laman atau melalui email [email protected]. Setelah itu, pada halaman kata pengantar, perlu diberikan pernyataan tentang maksud dan tujuan penulisan buku. Pada pemaparannya, sebaiknya juga terdapat proses pembelajaran yang berkaitan dengan materi buku. Halaman kata pengantar ini bisa diakhiri dengan penanda tempat, waktu, dan nama penulis. Berlanjut ke halaman daftar isi dan daftar gambar, penyusunannya sebaiknya terletak di bagian recto. Semua bagian buku harus tercantum dengan lengkap beserta nomor halamannya di bagian ini. Seluruh bagian buku, mulai dari bagian awal hingga akhir tidak boleh ada yang terlewat untuk dicantumkan. Penyusunannya juga harus rapi. Untuk gambar, daftar bisa dimulai dari bagian recto atau verso. Gambar yang dimuat dalam daftar bisa berupa grafik, denah, diagram, maupun gambar pandangan mata, misalnya gambar garis atau foto. Selanjutnya, penulis juga perlu mencantumkan nomor, keterangan, dan halaman letak gambar ditampilkan. Ketentuan peyusunan daftar gambar juga berlaku pada daftar tabel. Untuk penomoran halamannya, bagian awal buku bisa menggunakan angka romawi kecil. Halaman judul dan penerbitan sebaiknya tidak dibubuhi nomor halaman. Penulisan nomor halaman dapat dimulai dari kata pengantar dan halaman-halaman berikutnya. Berbeda dengan bagian awal buku, bagian isi menggunakan angka arab dalam penomorannya. Penomoran halaman bersambung dari halaman pertama pada isi hingga akhir daftar pustaka. Masuk ke bagian isi, penulis perlu menguraikan materi tentang suatu pokok bahasan. Isi materi hendaknya sesuai dengan judul. Kemudian materi juga perlu dikembangkan sesuai dengan perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. Dalam penyajiannya, materi bisa disajikan sesuai dengan ketentuan terkait aspek materi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan. Materi hendaknya ditulis dengan benar dan akurat. Penjelasannya harus mutakhir dan terkonsep. Selain itu, materi juga harus mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional. Di samping itu, materi yang disajikan sebaiknya berasal dari sumber yang benar, secara teoritik dan empirik. Materi juga perlu disajikan untuk meningkatkan motivasi dan mengembangkan diri pembaca. Lebih lanjut, isi buku dalam bentuk materi dapat dijadikan sebagai salah satu cara menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Materi yang dipaparkan tidak harus disesuaikan dengan kurikulum atau kompetensi dasar tertentu. Dengan demikian, buku nantinya bisa dibaca oleh banyak kalangan tanpa harus terpaku pada jenjang pendidikan. Materi buku juga sebaiknya dipaparkan untuk meningkatkan keterampilan, mengembangkan kepribadian, dan menambah pengetahuan. Jadi, materi buku nonteks tidak seperti buku teks yang sebagian besar mendorong kemampuan berpikir secara akademis. Di samping itu, materi perlu disajikan untuk merangsang cara berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Dengan demikian, penulis perlu menyusun materinya agar mengandung wawasan kontekstual, yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Jadi, pembaca mampu mengaplikasikan hal yang mereka baca ke dalam berbagai aspek kehidupan. Materi juga perlu disampaikan secara menarik agar menumbuhkan rasa ingin tahu yang mendalam. Aspek kegrafikan dan tata bahasa tidak berbeda dengan ketentuan buku lainnya. Sebaiknya penulis menguasai tata bahasa dan kaidah penulisan yang baik dan benar. Kemudian penulis juga hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Dalam menulis buku nonteks pelajaran, dia juga perlu menulis kata-kata baku, kalimat efektif, dan paragraf yang padu. Penulis juga bisa menyematkan berbagai ilustrasi dalam bentuk apapun yang sesuai dengan materi buku. Ilustrasi juga perlu diatur secara proporsional dengan memerhatikan komposisi warna dan ukuran. Kemudian, penyematan ilustrasi juga harus mempertimbangkan kejelasan pesan yang ingin disampaikan. Pada bagian akhir buku, perlu dicantumkan informasi pelaku penerbitan, glosarium, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Kemudian penerbit buku wajib memberikan informasi mengenai identitas penulis secara lengkap. Hal ini bertujuan memberikan referensi lain atau acuan kepada pembaca. Di samping itu, penerbit dan penulis juga akan menunjukkan tanggung jawabnya dalam memaparkan identitas si pembuat buku. Dengan memahami berbagai persyaratan di atas, pastikan Anda menulis buku nonteks dengan baik dan benar. Anda bisa menjadikan pemaparan di atas sebagai referensi untuk menaati ketentuan atau kaidah penulisan yang sesuai dengan pemerintah. Persyaratan di atas dapat membantu Anda dalam menulis buku hingga menerbitkannya sesuai standar buku pendidikan nasional. Referensi diakses pada tanggal 5 Agustus 2016 pada pukul 0807 WIB [Wiwik Fitri Wulandari] 4 Modul Guru Pembelajar Bahasa Inggris Kelompok Kompetensi Profesional A KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 INTRODUCTION TO TEXT A. Tujuan Peserta diklat memahami perbedaan perbedaan antara teks dan nonteks, mengungkapkan gagasan dalam kalimat, dan mengungkapkan gagasan dalam paragraf dalam bahasa Inggris dengan baik. B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Membedakan teks dan non teks. 2. Mengungkapkan gagasan dalam teks berbentuk kalimat. 3. Mengungkapkan gagasan dalam teks berbentuk paragraf. C. Uraian Materi Pada kegiatan ini anda akan mempelajari berbagai hal tentang teks dan non teks, mengungkapkan gagasan dalam teks berbentuk kalimat dan mengungkapkan gagasan dalam bentuk paragraf. 1. Membedakan Teks dan Non Teks Banyak yang beranggapan bahwa teks adalah tulisan yang dapat kita baca. Namun sebenarnya teks tidak hanya berbentuk tulisan written, namun juga dalam bentuk lisan spoken. Ketika kita berbicara dengan orang lain, dapat dikatakan bahwa kita menciptakan teks untuk menyampaikan makna. Begitu juga ketika kita menulis. Istilah teks berasal dari bahasa Latin “textum” yang berarti menenun. Dalam proses penyusunan teks, setelah kita memilah dan memilih kata- kata, selanjutnya kita menyusun kata-kata tersebut menjadi sebuah “tenunan” kata-kata yang bermakna kuat. Zaman dulu istilah teks hanya dipakai untuk teks tertulis saja, namun konsep teks dalam linguistik sistemik fungsional mengalami perkembangan yang mengacu pada 5 Modul Guru Pembelajar Bahasa Inggris Kelompok Kompetensi Profesional A penggunaan bahasa tulisan maupun lisan. Dan ini menjadi dasar dari pendekatan genre-based. Fairclough, 1992; dalam Emi Emilia, 2011 Pada dasarnya teks seolah-olah terbuat’ dari kata-kata saja, tetapi sebenarnya teks tersusun atas makna. Menurut Halliday, teks adalah satu “semantic unit”atau kesatuan makna. Selanjutnya Halliday menggambarkan teks sebagai berikut The language people produce and react to, what they say and write, and read and listen to, in the course of daily life. … . The term covers both speech and writing … it may be language in action, conversation, telephone talk, debate, … public notices, ... intimate monologue or anything else 1975 dalam Emi Emilia, 2011 Selanjutnya hal yang menjadi pertimbangan adalah apakah serangkaian kata atau sepenggal kata itu bisa dianggap sebagai teks atau bukan. Sebuah teks tidak bergantung pada ukuran atau panjang atau bentuk dari bahasa itu, tetapi pada makna. Contohnya sebagai berikut. Tulisan “STOP” yang sering kita lihat di jalan atau tanda-tanda lain di tempat umum, seperti “ENTRY” atau “OUT”, bisa dikatakan sebagai teks karena berada pada konteks situasi yang tepat, sehingga memiliki makna yang utuh kepada pembacanya. Namun sebaliknya, satu paragraf dari sebuah skripsi atau satu halaman dari sebuah novel, walaupun lebih panjang dari kata “STOP”, tidak bisa dianggap teks karena tidak bisa memberi pemahaman yang utuh kepada pembacanya. Emi Emilia, 2011 Contoh berikutnya, jika ada dua orang sama-sama berbicara tetapi masing-masing berbicara semaunya dan tidak nyambung’ misalnya orang gila maka apa yang mereka katakan sulit disebut teks karena tidak terlihat hubungan semantisnya. Demikian pula kalau kita menulis sepuluh kalimat lalu kita urutkan kalimat-kalimat tersebut secara acak maka hasilnya sulit disebut teks sebab membingungkan pembacanya. 6 Modul Guru Pembelajar Bahasa Inggris Kelompok Kompetensi Profesional A Kesimpulannya, teks dapat ditemukan dalam bahasa dan media apa pun, sepanjang dapat dipahami. Teks tidak dapat dipisahkan dari konteks. Istilah konteks berasal dari kata “teks” yang memperoleh awalan “con” yang berarti ditenun bersama. Awalan con memiliki arti “being together” sehingga dapat diartikan bahwa kata konteks mengacu pada elemen-elemen yang menyertai teks. Ada dua konteks yang berdampak pada penggunaan bahasa menurut Halliday. Yakni konteks budaya dan konteks situasi. Konteks situasi merupakan unsur yang paling kuat dampaknya terhadap penggunaan bahasa, dan terdiri dari tiga aspek, yakni field, mode dan tenor. Selanjutnya tiga aspek tersebut akan membentuk sebuah teks. Hubungan antara konteks budaya, konteks situasi dan teks dapat dilihat dari gambar berikut ini. Seperti terlihat dalam model yang menunjukkan hubungan konteks budaya dan situasi di atas, konteks situasi memiliki tiga unsur yakni field, tenor dan mode. Ketiga unsur ini mempengaruhi pilihan bahasa kita. Field medanlokasi mengacu pada apa yang sedang berlangsung atau yang sedang dibicarakan. Berisi tentang apa, kapan, dimana, Konteks Budaya genre Genre Konteks Situasi Tenor Field Mode Register TEXT 7 Modul Guru Pembelajar Bahasa Inggris Kelompok Kompetensi Profesional A bagaimana dan mengapa sebuah proses sosial terjadi. Topik dari teks bisa berkenaan kegiatan atau apa saja yang dipelajari, termasuk topik- topik berkaitan dengan mata pelajaran di kelas. Tenor pelaku berkaitan dengan siapa saja pelaku yang terlibat dalan suatu proses sosial, yang mengarah kepada hubungan interpersonal antara pihak-pihak yang terlibat atau who is involved. Tenor mengacu pada channel simbolik atau wave length yang dipilih yang betul-betul merupakan satu fungsi atau beberapa fungsi semiotik yang ditugaskan kepada bahasa dalam situasi itu. Bahasa yang dipakai oleh penulis kepada teman akan berbeda dengan bahasa yang dipakai untuk atasan atau orang lain yang belum dikenal. Mode atau channel sarana mengacu pada pertimbangan jalur komunikasi bahasa yang dipakai, menggunakan bahasa lisan atau tulisan, jarak antara orang yang berkomunikasi dalam ruang dan waktu, apakah mereka bertemu muka atau terpisahkan oleh ruang dan waktu. Text typeGenre jenis text juga didefinisikan sebagai ”the ways that we get things done through language – the ways we exchange information, and knowlegde and interact socially”. Genre juga diartikan sebagai “proses sosial yang bertahap dan berorientasi pada tujuan”. Dalam pengajaran bahasa Inggris di Indonesia baik di tingkat SMA maupun SMP yang menggunakan kurikulum 2013, materi dikelompokkan menjadi materi jenis teks genre, teks fungsional pendek short functional text dan teks transaksional dan interpersonal transactional and interpersonal text. Untuk tingkat SMP, text type genre yang diajarkan antara lain 1 Procedure text 2 Descriptive text 3 Recount text 4 Narrative text 8 Modul Guru Pembelajar Bahasa Inggris Kelompok Kompetensi Profesional A 5 Report text Sedangkan untuk pada tingkat SMA SMK, materi yang diajarkan adalah seluruh jenis text yang diajarkan pada tingkat SMP ditambah text berikut ini 1 Spoof text 2 Analytical Exposition text 3 Hortatory Exposition text 4 News Item text 5 Explanation text 6 Discussion text 7 Review text Selain materi jenis text diatas, diajarkan pula materi Teks Fungsional Pendek Short Functional Text. Teks Fungsional Pendek memiliki arti dan tujuan sosial tertentu untuk dipergunakan dalam kehidupan sehari- hari. Teks ini tidak memiliki struktur teks dalam bentuk paragraf-paragaf seperti dalam text typesgenre text. Teks fungsional digunakan untuk informasi sehari-hari. Hal ini disebut fungsional karena membantu Kita melakukan sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, apabila ingin mengumumkan suatu hal penting untuk sekelompok orang, maka Kita harus mengerti cara mengumumkannya. Adapun berbagai macam short Functional Text dalam pembelajaran Bahasa Inggris antara lain  Notice  Announcement  Greeting Card  Short Message  Label  Invitation  Advertisement  Letter 9 Modul Guru Pembelajar Bahasa Inggris Kelompok Kompetensi Profesional A  Brochure  Dan lain-lain Teks transaksional dan interpersonal yang hendaknya tercakup dalam mata pelajaran Bahasa Inggris SMPMTs berdasar standar yang diberikan BSNP adalah a Teks Transaksional dan Interpersonal yang terkait dengan lingkungan terdekat Teks Transaksional - Meminta dan memberi jasa - Meminta dan memberi barang - Meminta dan memberi fakta - Meminta dan memberi pendapat - Menyatakan suka dan tidak suka - Meminta klarifikasi Teks Interpersonal - Memberi dan merespon sapaan - Memperkenalkan diri sendiri dan orang lain - Mengucapkan terima kasih - Meminta dan memberi maaf - Menggunakan ungkapan kesantunan b Teks Transaksional dan Interpersonal yang terkait dengan lingkungan sekitar Teks Transaksional - Meminta, memberi, dan menolak jasa - Meminta, memberi, dan menolak barang - Mengakui, dan mengingkari fakta - Meminta dan memberi pendapat - Mengundang, menerima dan menolak ajakan - Menyetujui, dan tidak menyetujui sesuatu 10 Modul Guru Pembelajar Bahasa Inggris Kelompok Kompetensi Profesional A - Meminta, memberi, dan menolak jasa - Meminta, memberi, dan menolak barang - Meminta, memberi, dan mengingkari informasi - Meminta, memberi, dan menolak pendapat - Meminta, menerima, dan menolak tawaran Teks Interpersonal - Meminta, dan memberi persetujuan - Memberi respon atas sebuah pernyataan - Memberi perhatian terhadap pembicara - Mengawali, memperpanjang dan menutup percakapan - Mengawali, memperpanjang dan menutup percakapan telepon - Memberikan pujian kepada orang lain atau atas sesuatu - Memberi dan menerima ucapan selamat c Teks Transaksional dan Interpersonal yang terkait dengan interaksi dalam konteks kehidupan sehari-hari Teks Transaksional - Meminta dan memberi kepastian - Meminta pengulangan - Ungkapan kesantunan untuk meminta dan menerima suatu bantuan atau tawaran - Ungkapan kesantunan untuk mengulang sesuatu Teks Interpersonal - Mengungkapkan dan menanggapi keraguan - Menunjukkan perhatian - Merespon ungkapan kekaguman - Memberi berita yang menarik perhatian - Memberi komentar terhadap berita Selanjutnya apa pentingnya mempelajari jenis teks. Di negara Inggris, anak-anak pun perlu belajar bagaimana berceritera tentang kejadian- 11 Modul Guru Pembelajar Bahasa Inggris Kelompok Kompetensi Profesional A kejadian nyata yang sudah dialami recount baik secara lisan maupun secara tulis meskipun bahasa Inggris bukan bahasa asing. Mengapa demikian? Karena untuk menjadi warga negara yang terdidik dan beradab, anak perlu belajar berkomunikasi secara teratur. Untuk berceritera secara tulis, misalnya, diperlukan langkah orientasi, diikuti oleh urutan kejadian dan biasanya ditutup oleh re-orientasi atau twist bagian yang lucu. Agustien, Helena, 2004 Dengan menyadari adanya struktur teks semacam ini guru Bbahasa Inggris akan lebih peka atau sensitif dalam memilih bacaan yang digunakan untuk mengajar. Ini dimaksudkan agar siswa terbiasa dengan teks-teks yang tersusun dengan baik atau yang disusun sebagaimana layaknya susunan yang biasa digunakan penutur asli. Susunan semacam ini tidak hanya berlaku bagi teks tulis tetapi juga pada teks lisan. 2. Mengungkapkan gagasan dalam teks berbentuk kalimat Definisi buku menunjukkan adanya unsur-unsur yang sama pada setiap buku, tetapi tidak berarti semua buku sama. Buku dapat mengandung berbagai jenis informasi dengan tujuan yang berbeda sehingga pemanfaatannya juga berbeda. Jenis buku pelajaran yang dipakai di sekolah dikategorisasikan berdasarkan penggunaannya menjadi empat kelompok, yaitu a buku pelajaran pokok b buku pelajaran pelengkap c buku bacaan d buku Sedangkan menurut pusat kurikulum dan perbukuan nasional terdapat empat jenis buku yang digunakan dalam dunia pendidikan yaitu a buku teks pelajaran b buku pengayaan c buku referensi d buku panduan pendidik. Guna memudahkan dalam memberikan klasifikasi dan pengertian pada buku-buku pendidikan, dilakukan dua pengelompokan buku pendidikan berdasarkan ruang lingkup kewenangan, yaitu buku teks pelajaran dan buku non teks pelajaran. Pengendalian mutu buku pada buku non teks pelajaran tidak sama dengan buku teks pelajaran, karena buku non teks pelajaran tidak dinaungi oleh BSNP. Salah satu ciri dari buku non teks pelajaran adalah materi atau isi dalam buku non teks pelajaran terkait dengan sebagian atau salah satu Standar Kompetensi atau Kompetensi Dasar yang tertuang dalam Standar 17 B. P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, Bandung Remaja Rosdakarya, 2012, h. 16. 18 Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Penilaian Buku Nonteks Pelajaran, Jakarta Pusat Kurikulum dan Perbukan, Balitbang Kemendikbud, 2012, Diakses 13 Maret 2014, Disamping penggunaaan tiap-tiap jenis buku berbeda di setiap sekolah, isi dan penyajiannya pun berbeda. Buku yang termasuk kedalam buku non teks pelajaran diantaranya buku sumber, buku referensi, buku panduan pendidik, buku bacaan, dan buku pelajaran pelengkap/pengayaan. Buku sumber adalah buku yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang telah terjamin kebenarannya serta bersifat baku, sehingga dapat dijadikan rujukan resmi dalam belajar. Contohnya seperti kamus, ensiklopedi, atlas, dan himpunan perundang-undangan. Buku jenis ini dipakai oleh siswa dan guru hanya sewaktu-waktu, ketika menemukan kesulitan dalam mengartikan suatu istilah atau frase dalam pokok bahasan “Buku referensi adalah buku yang isi dan penyajiannya dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya secara dalam dan luas”.20 “Sedangkan buku panduan pendidik adalah buku yang memuat prinsip, prosedur, materi pokok, dan model pembelajaran untuk digunakan oleh guru.”21 Buku bacaan merupakan buku yang berisi informasi yang tidak berkaitan langsung dengan kurikulum, tetapi bermanfaat bagi siswa atau guru sebagai penambah pengetahuan dan hiburan. Buku ini termasuk dalam buku fiksi, nonfiksi, atau fiksi Buku pelajaran pelengkap/pengayaan tidak disusun sepenuhnya berdasarkan kurikulum baik dari tujuan, materi pokok, dan metode penyajiannya. Buku ini tiak wajib dipakai oleh siswa dan guru namun berguna bagi siswa yang mengalami kesulitan memahami pokok bahasan tertentu dalam buku pelajaran pokok. Perbedaannya dengan buku bacaan, buku pelajaran pelengkap berkaitan langsung dengan kurikulum atau isi buku pelajaran pokok, disajikan dalam sistematika 19 B. P. Sitepu, 20 Ibid, h. 18. 21 Ibid, h. 17. 22 Ibid formal dan dengan bahasa yang baku. Sedangkan buku bacaan tidak menguraikan pokok bahasan tertentu dalam kurikulum atau buku pelajaran pokok, disajikan dalam sistematika yang tidak kaku, serta dengan bahasa yang mudah Maryam mengatakan bahwa “Supplementary books are part of non-text resource. By differentiating between textbook and non-textbook, we are expected to be able to differentiate also the referred books role and function”.24 Buku suplemen merupakan bagian dari sumber non-teks. Dengan membedakan antara buku teks dan buku non teks diharapkan dapat juga membedakan peran dan fungsi yang digunakan. 3. Buku Pelengkap/Buku Pengayaan/Buku Suplemen Pada kurikukulum tingkat satuan pendidikan, standard kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri. Untuk mendukung kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja menempati posisi sebagai bahan ajar pokok ataupun suplementer. Sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 2 tahun 2008 pasal 6 2 yang menyatakan bahwa “selain buku teks pelajaran, pendidik dapat menggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran”.25 Uraian ini diperkuat oleh ayat 3 yang menyatakan “Untuk menambah 23 Ibid. 24 Siti Maryam, Strengthening the Character Uphold Ethics in Indonesian Language Study Pass by Supplementary Books, International Journal for Educational Studies, 51, 2012, p. 46. 25 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008, Buku, Jakarta Departemen Pendidikan Nasional, 2008, h. 110. pengetahuan dan wawasan peserta didik, pendidik dapat menganjurkan peserta didik untuk membaca buku pengayaan dan buku referensi”.26 “Buku pengayaan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya buku teks pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi”.27 “Buku pengayaan adalah buku untuk memperkaya pengetahuan peserta didik dan guru”.28 Menurut para ahli buku pelajaran pelengkap atau buku pengayaan adalah buku yang berisi informasi yang melengkapi buku pelajaran pokok. Sitepu menjelaskan bahwa pengayaan yang dimaksud adalah memberikan informasi tentang pokok bahasan tertentu yang ada dalam kurikulum secara lebih luas dan/atau lebih Sedangkan menurut departemen pendidikan nasional, bahan ajar suplementer adalah bahan ajar yang tujuannya untuk memperkaya, menambah ataupun memperdalam isi Menurut Maryam “Supplementary books function to enrich certain subject”.31 buku suplemen berfungsi untuk memperkaya subjek tertentu. Buku pelengkap/pengayaan/suplemen ini merupakan salah satu dari buku pendidikan. Buku pendidikan dapat memberikan pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan kepada siswa tentang kehidupan dalam berbagai bidangnya, baik tentang diri, masyarakat, budaya, dan alam sekelilingnya, maupun tentang Tuhan yang 26 Ibid. 27 Ibid, h. 107. 28 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2008 Pasal 1, Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar Luar Biasa SDLB, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa SMPLB, dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa SMALB, Jakarta Departemen Pendidikan Nasional, 2008. 29 Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, Bandung Remaja Rosdakarya, 2012, Cet. 1, 30 Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008, h. 8. 31 Siti Maryam, Strengthening the Character Uphold Ethics in Indonesian Language Study Pass by Supplementary Books, International Journal for Educational Studies, 51, 2012, p. 46. menciptakan semua Namun, buku pendidikan harus sesuai dengan keperluan siswa sehingga memberi kemudahan untuk digunakan oleh pembelajar, baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Berdasarkan dari beberapa pengertian buku pelengkap/pengayaan/suplemen yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa buku suplemen adalah buku yang materinya tidak terpaku dengan kurikulum, berisi informasi yang dapat melengkapi buku paket, yang dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. 4. Perbedaan Buku Teks Pelajaran dan Buku Suplemen Berdasarkan karakteristiknya terdapat perbedaan antara buku teks pelajaran dengan buku suplemen. Perbedaan tersebut terlihat pada Tabel Tabel Perbedaan Antara Buku Teks dan Buku Suplemen33 No Karakteristik Buku Teks Buku Suplemen 1. Target Terdiri dari materi yang ditulis dan harus dipahami siswa dalam satuan pendidikan Menambah pengetahuan siswa dan guru dalam satuan pendidikan 2 Kegunaan dalam satuan pendidikan Sumber utama Bukan sumber utama, hanya pelengkap 3 Kedudukan dalam satuan pendidikan Wajib Bukan sebagai sumber utama, melainkan pendukung 4 Kegunaan sebagai alat pendukung Tinggi Tidak tinggi 5 Keterangan penulisan Berkaitan dengan kurikulum Tidak terkait kurikulum matapelajaran sains, kebutuhan hidup, perencanaan atau 32 Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Penilaian Buku Nonteks Pelajaran, Jakarta Pusat Kurikulum dan Perbukan, Balitbang Kemendikbud, 2012, Diakses 13 Maret 2014, 33 Siti Maryam, Strengthening the Character Uphold Ethics in Indonesian Language Study Pass by Supplementary Books, International Journal for Educational Studies, 51, 2012, p. 46. pertumbuhan zaman, pengalaman hidup 6 Bantuan guru Wajib Tidak wajib 7 Anatomi buku Selalu berisi materi pelajaran, diskusi, latihan, dan evaluasi secara lengkap - 8 Pengguna Mayoritas siswa Tidak didominasi siswa 9 Tempat penggunaan Kebanyakan di kelas/sekolah Tidak didominasi di kelas/sekolah rumah, ruang tunggu, tempat umum, dll Sumber Depdiknas RI, 2011 Berdasarkan Tabel menunjukkan bahwa buku suplemen termasuk ke dalam buku non-teks yang memberikan banyak manfaat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika siswa kurang dalam minat membaca buku suplemen, sebaiknya seorang guru mengintegrasikan penggunaan buku suplemen ke dalam proses Berdasarkan perbedaannya dengan buku teks pelajaran, buku suplemen memiliki keunggulan diantaranya menambah pengetahuan siswa karena isi materi tidak hanya berisi konsep dan melengkapi buku pokok. 5. Langkah-Langkah Membuat Buku Suplemen “Seorang guru menyiapkan sebuah buku yang akan digunakan sebagai bahan ajar maka buah pikirannya harus diturunkan dari KD yang tertuang dalam kurikulum”.35 Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis sebuah buku, yaitu36 a. Mempelajari kurikulum dengan cara menganalisisnya. b. Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan disediakan bukunya. c. Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi. 34 Ibid. 35 Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008, h. 19. 36 d. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya. e. Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3-7 kalimat. f. Mengevaluasi/mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang. Jika ada kekurangan segera dilakukan penambahan. g. Memperbaiki tulisan. h. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Untuk pembuatan buku suplemen menggunakan dua teori yaitu dari teori Andi Prastowo dan Diknas, dikarenakan dalam pembuatan buku suplemen tidak ada spesifikasi langkah-langkah pembuatan seperti dalam pembuatan modul dan LKS. Kemudian kedua teori tersebut dirangkum menjadi beberapa poin untuk langkah-langkah membuat buku suplemen, yaitu sebagai berikut a. Menganalisis kebutuhan bahan ajar b. Memilih materi c. Menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar d. Menganalisis indikator buku suplemen e. Menentukan desain buku suplemen f. Mengumpulkan materi g. Menyusun buku suplemen Buku suplemen merupakan bahan ajar berbasis cetak, karena itu dalam penyusunannya harus memperhatikan bahan ajar atau materi pembelajaran cetak. Adapun yang harus diperhatikan antara lain37 37 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 2011, Cet 15, h. 87-90. a. Konsistensi Dalam penyusunannya harus menggunakan konsistensi format dari halaman ke halaman. Jarak spasi antar judul dan baris pertama serta garis samping harus sama, begitu pula dengan jarak spasi antara judul dan teks utama. Perbedaan spasi akan membuat hasil cetakan menjadi tidak rapih b. Format Terdapat tiga hal utama yang harus diperhatikan, pertama, jika lebih banyak menggunakan paragraph panjang, akan lebih sesuai dibuat satu kolom. Kedua, isi yang berbeda harus dipisahkan dan dilabel secara visual. Ketiga, strategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan dan diberi label secara visual. c. Organisasi Upayakan untuk menginformasikan kepada siswa, sejauh mana teks yang sedang dibacanya. Siswa harus mampu melihat secara sepintas berada di bab mana atau bagian apa yang sedang dibacanya. Teks harus disusun sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh. Selain itu, dapat pula digunakan kotak untuk memisahkan bagian-bagian teks. d. Daya tarik Perkenalan setiap bab atau bagian baru harus dengan cara yang berbeda. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat termotivasi untuk terus membaca. e. Ukuran huruf Ukuran huruf harus dipilih sesuai dengan siswa, pesan, dan lingkungannya. Ukuran huruf yang baik untuk buku teks biasanya adalah 12 poin. Selain itu harus dihindari penggunaan huruf capital untuk seluruh teks. Hal ini akan membuat proses membaca menjadi sulit. f. Ruang spasi kosong Gunakan ruang kosong tak berisi teks atau gambar untuk menambah kontras. Hal ini penting untuk membuat siswa beristirahat pada titik tertentu pada saat matanya bergerak menyusuri teks. Ruang kosong dapat berbentuk ruang kosong sekitar judul, batas tepi margin, spasi antar kolom, permulaan paragraf diidentasi, serta penyesuaian spasi antar baris atau antar paragraf. Spasi antar baris atau antar paragraf dapat membantu meningkatkan tingkat keterbacaan. Untuk membuat teks lebih interaktif, informasi harus disajikan dalam jumlah yang selayaknya dapat dicerna, diproses, dan dikuasai. Semakin kompleks informasi, maka semakin sedikit jumlah butir yang ditampilkan dalam sekali penyajian. Pertimbangan hasil pengamatan dan hasil analisis kebutuhan siswa, harus disiapkan latihan yang sesuai untuk kebutuhan tersebut, Berikan kesempatan siswa untuk latihan tambahan, menyiapkan contoh-contoh atau menyarankan bacaan tambahan. Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai kemampuan dan kecepatan mereka. Menggunakan beragam jenis latihan dan Selain itu, dalam pembuatan bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut39 a. Susunan tampilan, yang menyangkut Urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca. b. Bahasa yang mudah, menyangkut mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang. 38 Ibid 39 Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008, h. 18. c. Menguji pemahaman, yang menyangkut menilai melalui orangnya, check list untuk pemahaman. d. Stimulan, yang menyangkut enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan. e. Kemudahan dibaca, yang menyangkut keramahan terhadap mata huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca, urutan teks terstruktur, mudah dibaca. f. Materi instruksional, yang menyangkut pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja work sheet.

perbedaan buku teks dan nonteks